Oleh:
Edison Nainggolan,
Eriko Utama, Yus R. Ismail, Ardityo Danoesoebroto
1. Pengantar
Tanpa terasa,
tahun ini menjadi penyelenggaraan Festival Film Bandung yang ke-28. Dengan
demikian Forum Film Bandung sebagai penyelenggara Festival Film Bandung telah
bergiat selama 28 tahun tanpa pernah berhenti dalam perjalanaan panjang usianya.
Kiprah
Festival Film Bandung dalam penyelenggaraan Festival Film Bandung selama 28
tahun ini tentu merupakan prestasi dan rekor tersendiri, karena dapat dikatakan
menjadi satu-satunya festival film di negeri ini yang aktif tanpa pernah absen
satu tahun pun. Prestasi ini dapat tercapai karena terbentuknya rasa
kekeluargaan antarsesama anggota FFB. Walaupun ada beberapa anggota maupun
pendiri FFB yang telah pergi mengahadap sang Khalik, di samping anggota yang
karena kegiatannya terpaksa meninggalkan FFB, namun FFB tetap berjalan karena
proses regenerasi dan adanya para anggota baru yang potensial. Di samping itu,
tentu prestasi ini dapat tercapai berkat dukungan berbagai pihak, di antara
para insan film nasional mulai dari produser, artis, sutradara, dan profesi karyawan
film lainnya, komunitas-komunitas film, rekan-rekan pers, baik media cetak
maupun elektronik, Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat, serta Direksi dan
segenap jajaran SCTV yang telah memberikan kepercayaan dan menyiarkan secara
langsung (live) puncak acara Festival Film Bandung sejak tahun 2012. Tiada yang
lebih tinggi dari ucapan terima kasih kepada semua peran dan bantuan semua pihak
atas tercapainya 28 tahun FFB.
Dalam tahun
pengamatan 2014-2015 FFB mengamati 111 judul Film Nasional, 30 judul Sinetron
Serial, 380 judul FTV (Sinetron Lepas), dan 163 judul Film Impor.
Dari 111 judul film nasional tahun ini, pengamatannya dibagi menjadi empat periode waktu pengamatan. Setiap tiga bulan sejak Agustus tahun lalu, diadakan diskusi (baik langsung atau dalam grup BBM) dalam rangka mengusulkan film-film yang akan diamati lebih lanjut.
Setiap periode selalu
ada film yang disepakati untuk diamati lebih lanjut. Misalnya dalam periode
pertama film Tabula Rasa, Supernova, dan Pendekar Tongkat Emas banyak diusulkan
pengamat. Dari periode dua ada film 2014, Di Balik 98, Hijab dan sebagainya.
Pokoknya setiap periode ada yang dipilih untuk diamati lebih lanjut.
Teknologi film saat ini
kadang menjadi hambatan dalam beberapa tahun terakhir ini. Karena film yang
sudah habis masa tayangnya di bioskop tidak bisa ditonton ulang. Rilis DVD-nya
tentu bukan sesuatu yang bisa ditunggu. Dalam hal ini kami sangat berterima
kasih kepada PH atau filmmaker yang membantu mempermudah kerja kami selanjutnya
dengan mengirimkan file-file khusus yang bisa kami tonton ulang.
Dari setiap periode itu
setidaknya ada dua puluh judul lebih yang kemudian kami setujui bersama. Dari
dua puluh film inilah kami mengambil calon nomine untuk kategori yang akan
diberi penghargaan terpuji.
Dalam tahap ini kadang
diskusi menjadi lebih berat ketika ada masukan bahwa film tertentu yang tadinya
diusulkan banyak pengamat, ternyata ada kesamaan konsep, atau mungkin “teridei”
oleh film lain dari belahan dunia lain. Diskusi pun kemudian beralih kepada
seberapa banyak film itu “teridei” oleh film sebelumnya.
Keterbatasan pengetahuan
kami terhadap proses pembuatan film juga menjadi pertimbangan tersendiri.
Karenanya sudah tahun kedua ini kami mengundang pengamat (juri) tamu untuk
memberikan pencerahan kepada kami. Tahun lalu kami mengundang Slamet Raharjo
Djarot, Yadi Sugandi, dan Armantono. Dari pencerahan mereka itu tentu
saja mendapat sesuatu yang sangat bermanfaat. Tahun ini direncanakan kami juga
mengundang Widyawati, Hanung Bramantyo, dan Yudi Datau.
Awalnya kami yang tidak
begitu perduli dengan box-office atau
tidaknya sebuah film, mahal atau murahnya budget sebuah produk, susah tidaknya
sebuah tema digarap, setelah mendapat masukan menjadi masukan yang menarik.
Semoga saja dengan
usaha yang maksimal seperti itu kami menghindari kecacatan dalam mengamati. Dan
memberi masukan dan pencerahan kepada penonton film semuanya.
Pengamatan Film Nasional yang dilakukan
dalam tahun pengamatan FFB 2014/2015 sejak awal Agustus 2014 hingga akhir Juli
2015 atas film nasional yang tayang di seluruh bioskop di Kota Bandung. Dalam
hal ini dapat dikatakan terjadi peningkatan peredaran film nasional
dibandingkan dengan rata-rata per bulan tahun pengamatan 2013/2014 yang
jumlahnya 123 judul film nasional, namun periode pengamatannya diperpanjang
hingga 3 bulan karena adanya perubahan jadwal pengumuman Festival Film Bandung.
Gambar 1. Prosentase Berdasarkan Genre
Film, Periode Aguatus 2014-Juli 2015,
FFB 2015
Dari catatan statistik film yang
tayang di seluruh bioskop di Kota Bandung, tema film masih di dominasi oleh
film bergenre horor, namun demikian tema beragam lainnya mulai menggerus tema
film horor ini, sebut saja genre film drama religi yang meningkat cukup pesat
dalam periode ini, berbagi dengan kategori lain yang juga sedang banyak dibuat
yaitu film dengan genre drama remaja dan komedi. Namun film bertema biopik atau
sejarah cukup stabil baik dalam jumlah maupun kualitas, dan jangan lupa tema
lama yang mulai muncul lagi di periode ini adalah action atau silat.
Gambar 2. Prosentase kategori Film Nasional berdasarkan
Target Umur Penonton, FFB 2015
Namun yang menarik
untuk diperhatikan adalah berdasarkan data tersebut terlihat pergeseran
kecenderungan target penonton film nasional yang mulai mengarah penonton remaja
dan minimnya film anak-anak yang hanya diwakili oleh film animasi Singa
Pemberani dan CJR itu pun film CJR mulai beralih ke penonton remaja.
Dilihat dari jumlah
penonton maka sepanjang tahun 2015 – per tanggal 1 Agustus 2015 (sumber
filmindonesia.or.id) daftar jumlah penonton di 10 Besar menyiratkan keberagaman
genre namun porsi penonton remaja mendominasi raihan penonton terbanyak. Hal
ini cukup berkorelasi dengan daftar nomine Film Terpuji di FFB tahun 2015 yang
secara siginifikan menempatkan beberapa film yang memiliki raihan penonton
banyak dengan daftar nomine yang artinya secara kualitas di mata FFB mengalami
beberapa kemajuan. Namun demikian tidak berarti FFB hanya menyorot pada
film-film yang laku, namun banyak juga film-film yang sebenarnya sangat
berkualitas tapi sepi penonton.
Gambar 3. Daftar Perolehan Penonton Tahun
2015 (update 1 Agustus 2015).
Sumber: FilmIndonesia.or.id
Ada
yang menarik di periode pengamatan tahun ini, yaitu munculnya tema politik yang
terbilang cukup berani di kancah perfilman nasional, serta tema film silat
klasik yang juga mewarnai jagat perfilman kita. Selain kedua tema yang cukup
berbeda tersebut, tema yang paling menonjol rasanya adalah jalan-jalan keluar
negeri, masih meneruskan tren tahun lalu di mana syuting film di luar negeri
menjadi magnet baru dalam perfilman nasional. Aktifnya beberapa sineas besar
yang terkenal membuat film yang rumit dan tidak mudah di nikmati penonton
justru berusaha membuat film-film yang lebih mudah dinikmati penonton awam
patut diapresiasi, begitu pun sineas-sineas muda Indonesia mulai menunjukkan
taringnya dan membuat film-film yang selain gampang dicerna penonton awam tapi
juga kualitas filmnya semakin baik.
Kisah
biografi atau tema yang mengisahkan soal perjalanan hidup seseorang atau
sekelompok orang, bermunculan sepanjang pengamatan tahun ini. Jika beberapa
tahun lalu kisah semacam ini kurang mengena di pasaran, tak demikian halnya
dengan saat ini. Dengan penggarapan yang lebih serius namun natural, kisah
semacam ini disuguhkan dan menjadi tontonan yang cukup menghibur. Beberapa di
antaranya juga dinilai cukup berkualitas.
FFB
mengapresiasi 111 judul Film Nasional yang tayang di seluruh bioskop Kota
Bandung pada periode Agustus 2014 hingga Juli 2015 selama satu tahun pengamatan
memberi penilaian kepada hampir 58% dari total 111 judul film nasional sebagai
layak untuk diperhatikan lebih detail. Sistem penilaian tahun ini melibatkan
lebih banyak pengamat, dari kalangan pemuda/pemudi, yang merupakan anggota
aktif dari beberapa komunitas aktif film pendek di kota Bandung, blooger film dan penonton aktif turut
memperkaya keberagaman film yang diamati dan dinilai. Akses lebih luas terhadap
film-film yang kadang hanya tayang tak lebih dari 7 hari di bioskop-bioskop
Kota Bandung perlu dilakukan secara aktif, dan indikator terhadap kualitas film
yang diamati menjadi masukan berharga bagi sistem penilaian FFB. Dari 58% total
film yang layak diperhatikan lebih detail, hanya setengahnya saja atau
lebih-kurang dari 25% dari 111 judul film nasional yang teramati sepanjang
periode ini yang mendapat tempat dan ruang dalam diskusi lebih lanjut di FFB
dan dari sekitar 28 Judul film tersebut tersaring 15 daftar calon Nomine Film
Terpuji beserta unsur-unsurnya (narafilmnya) dan akhirnya mengerucut menjadi 5
Nomine Film Terpuji beserta unsur-unsurnya.
Pada
akhirnya, banyak film nasional berkualitas yang telah dihasilkan. Hal tersebut
membuat para pengamat (juri) sering harus berdebat dalam setiap pertemuan untuk
memilih yang "terpuji" di antara film-film yang layak dipuji.
Perdebatan kami akhirnya mengerucut pada beberapa film, dengan berbagai
pertimbangan, dan tentunya dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Semoga dengan pengamatan FFB ini, minat masyarakat untuk mengapresiasi
karya film dapat tumbuh semakin baik.
3. Catatan Sinetron 2014-2015
Mengamati sinetron
(series atau FTV) tidaklah gampang. Sinetron series seringkali
berpanjang-panjang sampai ratusan bahkan ada yang mencapai seribu lebih
episode. Sinetron seperti itu memberi peluang kepada tumbuhnya karakter baru,
atau bahkan fokus dari cerita pun berpindah. Tentu saja hasil menonton kadang
tidak sama karena ada yang intensif nonton di awal ada juga yang menonton di
episode yang sudah panjang.
Sementara FTV
seringkali ada tayangan ulangan dari produksi tahun lalu atau bahkan beberapa
tahun yang lalu. Cara pengamatan kami tentu saja termasuk “gerak cepat” karena
terbatasnya tenaga dan anggota pengamat. FTV yang menarik dicatat, dibawa ke
meja diskusi, dan kemudian dicarikan kopiannya untuk ditonton bersama. Cara
seperti itu tentu saja membawa peluang kepada tidak semua pengamat menonton
semua sinetron. Ada pengamat yang hanya menonton FTV yang telah
direkomendasikan. Karenanya, ketika saat ini nonton sebuah FTV dan merasa
tertarik, ternyata FTV itu ulangan. Tentu saja untuk menghindari hal seperti
itu sangat perlu kehati-hatian dan kerja yang lebih ulet. Judul yang sudah
diusulkan untuk diamati lebih mendalam, kemudian dicek produksinya satu per
satu. Sungguh, kerja yang berat, tapi tetap mengasyikkan karena semuanya
dilakukan dengan gembira dan kekeluargaan. Tentu saja untuk meringankan kerja,
kami tetap berharap para sinetronmaker, stasiun televisi atau PH, mengirimkan
karyanya ke sekretariat kami.
Saat ini semakin banyak
stasiun televisi yang menayangkan sinetron. TVRI termasuk yang mulai mencari
perhatian publik dengan sinetronnya. Tentu saja setiap stasiun televisi tidak
sama fokusnya. Ada stasiun yang lebih perhatian kepada sinetron humor, ada yang
tetap fokus kepada sinetron remaja, dan juga ada yang mencoba untuk mengangkat budaya
lokal.
Tentu saja kami memilih
setiap stasiun televisi terwakili. Bila kemudian ada stasiun yang diwakili oleh
beberapa judul sinetron, itu sudah melalui diskusi yang panjang. Semoga kerja
kami ini menjadi masukan bagi semua pihak yang berhubungan dengan sinetron,
baik itu para pembuat sinetron, stasiun televisi, PH, sampai pemirsa televisi.
4. Catatan Film Impor Festival Film Bandung 2015
5. Penutup
Tahun ini FFB mengusung tag line “28 Tahun Festival Film Bandung
Berjaya”. Semoga tetap berjaya di tahun-tahun mendatang!