Oleh Agus Safari
FORUM FILM BANDUNG
FORUM FILM BANDUNG
Saat
ini saya (kita?) sedang merasakan kebingungan dan campur pening kepala, demi
melihat hasil Pilpres. (mungkin rakyat Indonesia juga sama bingungnya dengan
saya?). Lembaga survey mengklaim menjadi no 1 semua. Validitas dengan akurasi
pengalaman dan profesional, semua mencoba meyakinkan menjadi nomor wahid.
Begitu pula stasiun TV swasta menayangkan hasil dari lembaga-lembaga survey
tersebut, lalu hasilnya? Tetap Beragam dan beda! Apakah ini fenomena?
Hehehe.. Pret!.
Pilpres
kali ke 7 lebih riuh dan ramai oleh tabuh genderang para lembaga survey yang
mengkalim menjadi nomor wahid dengan segala opini dan komentar para ahlinya
masing-masing, hingga pesta pora demokrasi pun terbius oleh suasana
keriuhan lembaga survey mengalahkan riuhnya pesta akbar 4 tahunan; Piala Dunia.
Sementara rakyat yang mempunyai kemutlakan suara terseret oleh kenaikan harga-harga barang yang kian hari semakin melejit dan mencekik, lalu tak berdaya oleh kenaikan tersebut karena semua pemerintahan baik di Pusat maupun di Daerah telah mabuk kepayang oleh proses demokrasi dan hasil lembaga survey pesta demokrasi yang beragam serta beda.
Kini pesta sudah usai, cuti sudah selesai namun pekerjaan banyak yang tertinggal karena 'keriuhan'. Sementara harga barang sudah melesat jauh ke depan secara diam-diam memanfaatkan situasi para pemabuk yang kembali dari pengembaraannya. Lantas bagaimana rakyat Indonesia saat ini? Mereka tetap saja menjalani hari-hari seperti biasanya pada realita negeri dongeng ini. Protes pada siapa? Lapor pada siapa? Mengadukan kemana? Rakyat hanya bisa menggerutu dan gerutuannya pun entah pada siapa.
Para
Pemabuk sudah kembali dari ‘pesta’nya, meski masih setengah keleyengan dan belum
normal 100% mencoba menata kembali tata kelola yang terabaikan selama ‘pesta’
berlangsung, membaca laporan harian, membaca surat kabar serta menonton TV, maka
terpampanglah berita Headline tragedi rakyat Palestina yang dibombardir Israel.
Lantas seluruh lapisan dan sebagian para Pemabuk pun ikut andil dalam
kepedulian rakyat Palestina tersebut dengan sawer sumbangan dan bantuan
kepedulian, sementara rakyat Indonesia masih berkutat dalam belitan harga-harga
barang yang terus meningkat nilai statistiknya.
Beginilah
kehidupan rakyat di Negeri Dongeng ini; legowo, toleran dan ‘nrimo (pasrah?).
Salam dan jabat erat, kawan..