Oleh Agus Safari
FORUM FILM BANDUNG
BEBERAPA hari yang lalu saya nonton ulang film lawas “Emak ingin naik Haji” salah satu koleksi
film pilihan yang saya simpan, diputar untuk mengisi waktu di bulan Ramadhan
ini. Film ini dirilis pertama kali pada 12 November 2009 diambil dari sebuah
Cerpen karya Asma Nadia. Saat ini
telah dibuat Sinetronnya dengan judul “Emak
Ijah Pengen Ke Mekah” yang ditayangkan setiap hari di SCTV.
Dalam film
lawas yang saya tonton tak jauh berbeda alur dan plot cerita dengan
Sinetronnya; terharu, lucu dan mentertawakan diri sendiri melalui
tokoh-tokohnya, dan yang membedakan adalah pola ceritanya yang diperlebar
hingga mencapai ratusan episode sampai saat ini. Dalam film “Emak Ingin Naik Haji” menceritakan bagaimana Emak mempunyai niat
yang kuat untuk berangkat haji dengan menabung sedikit demi sedikit dari hasil
usahanya. Namun hasil tabungan itu terpaksa ia relakan untuk biaya operasi
cucunya, dengan tulus-ikhlas Emak merelakan hasil tabungannya tersebut untuk
biaya operasi, dan ia mengatakan kepada anaknya bahwa ia masih bisa menabung
lagi meski harus berbulan bahkan bertahun lamanya. Begitu pun dalam Sinetron “Emak Ijah Pengen Ke Mekah” intinya sama
yaitu keinginan yang mendasar untuk berangkat ibadah Haji. Karena kekuatan niat hati Emak itulah Allah
Ta'ala memberikan jalan melalui seorang yang berlebih hartanya untuk
memberangkatkan Emak naik haji.
Begitulah kisah dari film lawas yang saya
tonton saat itu. Makna yang tersirat adalah sebuah perjalanan hati dari
kekuatan dan keteguhan niat manusia yang
tidak berubah.Lalu saya jadi teringatkan oleh sebuah cerita
yang diriwayatkan dari Ikrimah bin Abu
Jahal; bahwa ada satu pohon besar yang dijadikan oleh orang-orang untuk
meminta berkah, kemudian satu orang laki-laki melihat hal itu adalah merupakan
menyekutukan Allah, dan ia dengan niat yang kuat akan menebang pohon itu, namun
pada saat ia akan menebang pohon itu, ia bertemu dengan iblis yang menjelma
menjadi manusia.
Iblis mencoba melarang dengan segala cara apa
yang akan dilakukan laki-laki tersebut, dan orang ini pun dengan segala cara
mempertahankan niatnya untuk menebang pohon. Akhirnya iblis dan laki-laki
tersebut berkelahi, dan iblis berbentuk manusia itu pun berkali-kali dijatuhkan
hingga lemas, kemudian iblis mengeluarkan jurus maut lainnya, yaitu akan
memberikan uang setiap hari sebanyak 4 dirham, maka laki-laki itupun setuju dan
mengurungkan niatnya untuk menebang pohon pembawa berkah. Dan memang 3 hari
berturut-turut laki-laki itu mendapatkan uangnya, namun pada hari
selanjutnya tidak menerima lagi seperti
yang telah dijanjikan oleh iblis yang menjelma jadi manusia itu. Maka dengan
marah ia bawa lagi kampak untuk menebang pohon itu.
Di tengah jalan ia bertemu lagi dengan iblis
yang menyamar sebagai laki-laki penjaga pohon itu. Seperti biasa iblis
menghalangi maksud laki-laki itu, tapi berakhir dengan perkelahian kembali,
namun kali ini laki-laki yang bawa kampak itu yang dibanting-banting oleh iblis
berkali-kali hingga kehabisan tenaga dan lemas.
“Beberapa
waktu yang lalu aku kalahkan kamu, tapi sekarang kamu kalahkan aku, hebat betul
kamu....”, iblis kemudian menanggapi.
“Waktu
yang kali pertama itu, saat itu kamu keluar rumah dengan maksud menebang pohon
dengan niat yang bersih karena iman kepada-Nya. Beberapa anak buahku pun tak
mampu mengalahkanmu. Tapi saat ini karena kamu
tidak menerima uang lagi, maka muncul nafsu amarah dan kembali ingin
menebang pohon itu lagi. Kamu sangat bodoh..!”. Lalu
laki-laki itu pulang dengan rasa sesal yang besar.
Sebuah perjalanan hati manusia
dalam pengembaraannya selalu banyak
tawaran-tawaran dan pilihan-pilihan yang menggoda kekuatan niat hati
tapi
begitulah kalau niat sudah bergeser, semua berbalik 180 derajat namun
tidak berlaku bagi kuatnya niat Emak dalam film maupun Sinetron.
Hmmm, Perjalanan hati selalu penuh misteri, kawan....
Salam dan jabat tangan erat.