Cerita film ini didasarkan dari novel tahun 1946 berjudul sama yang sebelumnya
pernah juga diadaptasi menjadi film setahun kemudian. Jadi,
Nightmare Alley (2022), ini bukanlah remake dari film klasik
tersebut, melainkan sebuah adaptasi versi terbaru dari novelnya. Sutradara
asal Spanyol, Guillermo del Toro, dipercaya untuk menerjemahkanya ke
layar lebar sesuai dengan visinya sendiri. Sehingga film ini benar-benar
terasa berbeda walaupun masih memeluk erat ruh cerita novelnya.
Bicara Guillermo del Toro, ia dikenal lewat karya-karyanya yang
sebagian besar bergenre horor, tapi selalu punya kesan seram yang berbeda. Hal
itu disebabkan karena horor tersebut diceritakannya serupa cerita dongeng.
Unsur fantasi dalam karyanya sangat kental. Ia gunakan elemen fantasi tersebut
untuk menggambarkan tema dari emosi atau perasaan terdalam manusia. Nggak
heran kalau visual dari film-film garapannya seringkali tampak indah sekaligus
menyeramkan.
Dalam film Pan’s Labyrinth (2006) yang mendapat nominasi Oscar untuk Skenario Terbaik misalnya. Del Toro mengambil latar perkemahan perang dari sudut pandang seorang gadis cilik yang jadi anak tiri dari kapten yang sangat kejam. Del Toro memvisualkan perasaan dan pandangan si gadis cilik lewat kehadiran dunia peri-peri yang penuh makhluk aneh dan menyeramkan. Tapi di situ penonton tahu, bahwa makhluk dunia imajinasi tersebut tidak lebih berbahaya daripada dunia nyata yang dihadapi si gadis.
Contoh lain adalah penceritaannya dalam The Shape of Water (2018) yang berhasil membawa pulang Film Terbaik Oscar sekaligus mengantarkan dirinya menjadi Sutradara Terbaik.
Ia mengangkat kisah cinta antara manusia perempuan dengan makhluk air bersisik
dan berkuku tajam yang dikurung dalam sebuah lab penelitian. Sutradara ini
selalu memberikan perhatian lebih dengan tidak menampilkan mereka lewat efek
komputer. Melainkan selalu dengan riasan, kostum, dan efek-efek praktikal
lainnya. Perhatiannya terhadap artistik seperti ini lantas membuat film-film
karyanya memang selalu terlihat otentik.
Ciri-ciri khas
tersebutlah yang dibawa oleh del Toro ke dalam penggarapan cerita
Nightmare Alley. Sebuah film yang bercerita tentang keserakahan dan
kesombongan manusia dengan latar belakang dunia pertunjukan karnaval.
Panggung cerita ini memang sesuai sekali untuk dikembangkan dengan visual
fantasi yang kelam. Sudut-sudut gelap tenda-tenda sirkus, orang-orang karnaval
yang keras dan urakan, ditampilkannya dengan elegan. Del Toro bahkan
menciptakan juga makhluk aneh yang tidak ada di dalam novel, sebagai simbol
dari pembelajaran yang dialami oleh karakter utama cerita. Kegelapannya itu
mengundang penonton masuk, dan kemudian bergidik ketika melihat karakter
manusia. Karena di situlah horor cerita ini berasal.
Tentu saja
bukan karena keunggulan sang sutradara saja film ini bisa mendapat nominasi
tertinggi di Oscar 2022. Desain produksi dan sinematografi film ini juga jadi
salah satu faktor pendukung kekuatan penceritaan, yang masing-masing juga
mendapat nominasi di Oscar. Nightmare Alley yang berakhir bak puisi
tragis ini menjadi hidup berkat karakter-karakter yang dimainkan oleh barisan
aktor yang juga sudah malang-melintang di penghargaan film kelas dunia.
Tonton ulasan lebih lengkap Nightmare Alley di channel Youtube Festival Film Bandung atau klik video di bawah ini: