Raja BlackWhite [@r4dzML]
(Pecinta Film Indonesia)
Film dibuka oleh akting Fandy Christian dan Dahlia
Poland, yang sedang bermain film dalam film di bawah sutradara kondang Tyo
(Lukman Sardi). Dari awal peran Lukman Sardi cukup mencuri perhatian. Selama 25
menit awal, film menceritakan kronologis yang dilakukan Tyo setelah ia pingsan.
Di awal saya rasa banyak gambar/scene yang goyang, terutama saat scene
Tania (Dian Sastrowardoyo) dengan bosnya Haris (Ari Wibowo) di tempat kerjanya.
Sebetulnya cerita dan latar film ini sangat sederhana, yakni apa yang terjadi
pada dua orang ini di sebuah ruangan di rumah sakit ketika mereka sama-sama
sakit akibat aktivitas super sibuk yang mereka lakukan, hingga pada akhirnya
Tyo divonis menderita penyakit Hepatitis A, dan Tania divonis gejala typus.
Lalu apa yang terjadi pada mereka berdua selama 7 hari di rumah sakit? Kawan
tentu wajib menontonnya.
![]() |
Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-DdMRIc3m12Q/VJVUckkJpeI/AAAAAAAABb4/wuR3Z5rQf-I/s1600/Info%2BReview%2BSinopsis%2BFilm%2B7%2BHari%2B24%2BJam%2B2014.jpg |
Film ini sangat kuat dari departemen skenario dan
akting para pemain. Vacuumnya Dian Sastro cukup lama, -terakhir saya tonton akting beliau dalam 3 Doa 3 Cinta yang
dipasangkan dengan Nicholas Saputra-, tidak membuat kualitas akting
Dian menurun. Aktingnya cukup natural dan yang paling penting kecantikannya
tidak pernah memudar, SPEECHLESS SAYA!.
Begitu juga dengan Lukman Sardi, aktor serba bisa ini memang paling jago
bermain peran. Ia bisa berubah dengan total, menjadi seorang tokoh pemuka agama
dalam Sang Pencerah, lalu menjadi pemuda yang gagap dalam Rectoverso bahkan
seorang proklamator Bung Hatta dalam Soekarno. Di 7/24 ia berperan sebagai
sutradara kondang, dan sukses. Departemen akting diperkuat juga dengan hadirnya
Verdi Soelaeman & Hengky Soelaeman sebagai dokter yang menangani mereka. SPEECHLESS SAYA!. Duet maut ayah & anak ini
cukup natural dengan balutan skenario yang apik. Lalu hadir Minati Atmanegara,
sebagai ibu Tania. Di awal pemain senior ini sudah cukup sukses menampilkan
akting ciamik, dimana ekspresi yang begitu natural beliau tampilkan saat
beradegan meditasi, namun suara di sekelilingnya menganggu aktivitasnya.
Kehadiran Ari Wibowo sebagai bos Tania yang bekerja sebagai pegawai bank juga
menunjukkan akting yang natural. Tampilnya tokoh pendukung lain seperti Indra
Birowo, Aline Adita, Tiffany Orrie dan Husein Alatas, cukup baik mengimbangi
akting Dian Sastrowardoyo dan Lukman Sardi.
Jika film ini mengklaim diri sebagai film komedi
romantis, maka di beberapa bagian, film ini bisa dibilang cukup sukses membuat
penonton di studio 5 XXI Bandung Trade Center, ketawa-ketiwi. Bagian tersebut
diantaranya saat Tyo pub (buang air besar-red) di kasur, dan saat Tyo
mengucap skenario Ada Apa Dengan Cinta, “Salah Gue, Salah Temen – Temen Gue”,
SPEECHLESS SAYA!. Beberapa adegan visual
dibalut dengan editing gambar yang pas, film ini memang berhasil memancing tawa
penonton yang memecah kesunyian studio.
Keunggulan lain dari film ini adalah detail skenario
yang ditata cukup baik. Meski ada beberapa yang terasa cukup hambar, seperti jokes
pertama ketika Tyo divonis hepatitis A, dan Tyo seakan mau ngejokes
dengan bilang bahwa dia berarti lulus karena mendapat nilai A. Kenapa dibilang
hambar, karena saya lihat penonton belum siap untuk jokes, mengingat
skenario sebelumnya dilafalkan cukup serius. Selain itu juga skenario dibuat
senatural mungkin salah satunya dengan menghadirkan istilah senior CRM yang
mana memang seorang sutradara tentu tidak terlalu paham akan pekerjaan bankir.
Dan penulis skenario cukup sukses membuat film ini natural.
Perjalanan Tyo dan Tania dari hari ke hari di rumah
sakit, hingga pada hari ketujuh komedi romantis ini berubah menjadi melodrama.
Konflik terjadi antara Tyo dan Tania, dengan skenario menyangkutpautkan
orangtuanya, 5 tahun menikah, hanya dengan 7 hari 24 jam kamu menyakiti aku,
begitu ucap Tania. Skenario seperti ini persis sama ditemukan dalam film Satu
Jam Saja, Revalina S. Temat dan Vino G. Bastian yang ternyata Reva awalnya
tidak bisa mencintai Vino meski satu jam saja. Sepertinya ini dilakukan agar
para penonton lebih mudah menangkap maksud dari judul film dengan isi film.
Sah-sah saja, kalau dihitung berarti 7 hari 24 jam sama dengan 8 hari,
hehehehe. Konflik melodrama ini bertahan hingga akhir film, Waw, lompatan jauh
emosi yang asalnya tertawa menjadi terharu dan menangis. Entah apa yang membuat
Fajar Nugros menjadikan melodrama sebagai ending film ini, yang jadinya tidak
jauh beda dengan Ada Apa Dengan Cinta atau Heart. Meski ya, itu
hak pembuat film, namun saya rasa terlalu dipaksakan dengan ending melodrama,
karena justru dengan mengklaim film komedi romantis, seharusnya kenangan yang
tersisa adalah keseruannya. Meskipun begitu di penghujung film detail skenario
digambarkan dengan cukup baik melalui adegan Tyo memaku dinding untuk
memasangkan figura foto dan juga mengenai kunci duplikat, itu menandakan
skenario mendapat supervisi yang baik. Saya yakin setidaknya film ini akan
masuk di penghargaan tahun ini kategori Penulis Cerita Asli Terbaik.
Kembali pada cerita, saya sangat suka. Kenapa karena
ini pun menyangkut pribadi saya sendiri, dimana Tyo menikahi Tania karena
bersama Tania , Tyo merasa nyaman. Tyo yang seorang sutradara dengan Tania yang
seorang pegawai bank menjadi pasangan yang saling support. Saya pun bercita-cita menjadi seorang sutradara, dan pacar
saya pun (belum istri) berprofesi sebagai pegawai bank, dia (pacar saya) itu
pun orang yang percaya akan mimpi saya dan yakin saya mampu mewujudkannya.
Menonton film ini seperti berkaca pada kehidupan saya sendiri, inilah yang
paling saya acungi jempol, NATURAL. SPEECHLESS SAYA.
Dan kalau saya melihat ke kehidupan nyata, banyak kok pasangan seperti Dian
Sastrowardoyo dan Lukman Sardi ini.
Namun meski begitu, entah kenapa saya rasa film ini
masih kurang kerasa gregetnya sebagai film komedi romantis, tak ubahnya laiknya
seperti menonton sinetron yang tayang di stasiun tv anggota MNC Grup (maklum
produksi MNC Pictures juga), untungnya paras cantik Dian Sastro yang menghiasi
hampir sepanjang film, membuat saya tidak ingin melewatkannya. Rasanya saya
juga perlu bertermakasih pada Affan sang produser dan juga MNC Pictures, karena
telah mengembalikan salah satu aktris terbaik Indonesia. SPEECHLESS SAYA!
![]() |
Sumber : http://www.lukmansardi.com/wp-content/uploads/2014/12/00061537.jpg |
Overall, film ini tetap layak dan recommended untuk ditonton sebagai alternatif
dimana sudah empat pekan terakhir film indonesia dipenuhi genre horror, dan
bagi anda yang merindukan akting Dian Sastrowardoyo tentunya segera serbu
bioskop terdekat di kota anda, sebelum akhirnya turun layar. Finally, film ini
sangat NATURAL, senatural cantiknya Dian Sastro, SPEECHLESS
SAYA!
Kredit :
Pemeran Utama Wanita : Dian Sastro
Pemeran Utama Wanita : Dian Sastro
Pemeran
Utama Pria : Lukman Sardi
Pemeran
Pembantu Pria : Hengky
Solaiman, Verdi Solaiman, Ari Wibowo, Husein Alatas, Indra Birowo
Pemeran
Pembantu Wanita : Minati
Atmanagara, Baby Margaretha, Hadijah, Aline Adita, Tiffany Orie, Icha Nadya
Sutradara : Fajar Nugros
Penulis
Skenario : Nataya Bagya
Penata
Editing : Andi Irawan
Penata
Kamera : Yadi Sugandi
Penata
Artistik : Ibanez
Nasution
Penata Musik
: Aghi Narottama Gumay
0 Komentar
Terima kasih sudah mengunjungi website resmi Festival Film Bandung. Sila tinggalkan jejak di kolom komentar. Hindari spamming dan kata-kata kasar demi kenyamanan bersama.